Rabu, 07 November 2012

Linux Itu Tidak Sulit

Seperti semua hal, pada dasarnya selalu ada tingkatan untuk mengenal. Sistem operasi bukan perkecualian. Jika orang membeli komputer sekarang di Indonesia, mungkin hanya diperkenalkan oleh sistem operasi Windows saja. Bukan apa-apa, bajakan masih banyak dan pemberdayaan hukum dan kesadaran tentang hak cipta masih rendah.
Lalu pemakai Windows yang terbiasa pula menggunakan produk-produk bajakan lainnya untuk bekerja, seperti office suite, ketika disodorkan Linux, dahinya langsung berkerenyit. Linux menjadi barang aneh dan asing untuk digunakan. Sebenarnya terutama bukan soal antarmuka yang sedikit lain atau instalasinya, tapi lebih karena kesan tentang sesuatu yang rumit.
Ada yang berpendapat, Linux memang rumit, jadi hanya untuk tukang ngoprek dan yang punya banyak waktu otak-atik dan coba-coba saja. Kesan ini lebih menguat lagi, ketika disodorkan Linux distribusi tertentu, yang kebetulan memang perlu sedikit waktu untuk belajar dan membiasakan diri. Tak semua yang punya komputer atau bekerja dengannya, punya kemewahan waktu untuk menceburkan diri pada kurva pembelajaran Linux.
Padahal tak semua distribusi Linux sulit dipelajari. Pada distro-distro Linux LiveCD, kurva pembelajaran itu malah bisa dipangkas drastis. Jika hanya digunakan untuk bekerja, sekedar mengetik atau membuat presentasi, maka Linux LiveCD sudah dapat digunakan. Tidak ada prosedur instalasi sistem operasi, tidak ada proses konfigurasi, tidak perlu instalasi aplikasi tertentu, dan tidak harus membayar atau membajak. Jadi jika orang punya pendapat bahwa Linux itu sulit, tentu hanya karena orang itu belum kenal benar dengan Linux, malas belajar dan acuh tak acuh dengan urusan pembajakan karya cipta.
Apakah itu berarti Windows tak sulit? Tentu itu juga kesan saja. Dalam banyak hal Windows juga lebih sulit daripada Linux. Terutama jika dihubungkan dengan keamanan data. Bagi yang bergelut dalam dunia premrograman, berurusan dengan registry Windows, jelas bukan hal mudah. Registry Windows adalah tempat catatan konfigurasi semua program terinstalasi dan hal-hal penting dari sistem operasi. Bagi pengguna awam, jika setelah melakukan instalasi program tertentu, sulit untuk mengetahui apa saja yang sudah disalinkan pada saat instalasi ke dalam Windows kita, apa saja yang ditulis di registry, tanpa alat bantu (tool) tambahan.
Orang bisa memilih untuk menjadi masa bodoh dengan urusan itu, tapi jika sudah terhubung dengan jaringan seperti internet. Hm..., sikap itu berbahaya. Selalu ada cara bagi orang-orang jahat dari internet untuk mengorek-korek data anda. Yang sekedar iseng pun jauh lebih banyak lagi. Ancaman itu bisa berupa virus, trojan, spam, dan sebagainya. Ini soal teknis.
Hal itu tak pernah terjadi di Linux, selalu ada cara mudah untuk mengetahui apa saja yang dituliskan pada saat kita menginstalasikan sebuah program. Dan jika kita mau bersikap masa bodoh, tapi ingin tetap aman, masih ada pilihan lain, yaitu Linux LiveCD. Linux LiveCD hanya memperpendek proses belajar Linux dengan hanya tahu cara booting saja dan bahkan hanya diperlukan sebuah cd drive tanpa hardisk.
Dari total biaya kepemilikan, Linux jelas lebih unggul dari Windows. Meskipun bajakan, sebuah kantor ternyata membutuhkan sumberdaya lebih tinggi ketika semua pengguna Windows-nya yang malas terkena virus, PC-nya penuh trojan dan emailnya jadi sasaran empuk jutaan spam. Apakah di Linux tidak ada resiko seperti itu? Barangkali ada, tapi mengurusnya lebih mudah, dan ongkos yang dikeluarkan jelas jauh lebih murah. Lebih banyak alternatif yang bebas bayar di Linux? Jika puluhan komputer di sebuah kantor yang berbasis Windows tiba-tiba penuh trojan atau blue-screen, meski berlisensi, apakah anda bisa mengadu ke Microsoft soal itu? Jawabannya bisa anda cari di FAQ situs Micrososft tentang hal-hal seperti itu.
Tapi umumnya orang selalu benci dengan hal-hal yang asing. Orang tidak mudah mengubah kebiasaan. Barangkali ini adalah hukum kelembaman alam :) Jadi kalau sudah bergerak lama sulit untuk berhenti, kalau sudah berhenti lama sulit untuk bergerak, kalau sudah terbiasa membajak lama sulit menggunakan barang bukan bajakan, meskipun gratis. Dan untuk kasus Indonesia, agak sulit terlepas dari barang bajakan, karena barang bajakan tersedia murah dan mudah didapatkan. Dan yang tak kalah penting, orang Indonesia terutama, banyak yang justru tak siap dengan serbuan pilihan yang seabreg-abreg. Memilih adalah kemewahan, jadi ketika orang sudah dimiskinkan sampai sumsum darahnya, ketika tiba-tiba dihadirkan pilihan justru tak mampu bergerak membuat pilihan.
Hal-hal yang baik hanya bisa diterima mudah jika sudah diajarkan sejak dini. Maka pengenalan Linux terutama mestinya pada sekolah-sekolah dasar dan menengah. Linux bukanlah satu-satunya sistem operasi bebas bayar. Tapi ini adalah sebuah kerja luar biasa dari komunitas. Linux adalah kebersamaan. Semangat ini yang seharusnya diperkenalkan sejak dini. Adik-adik kita di sekolah dasar, tak akan protes ini dan itu, jika dari awal sudah kenal KDE/Gnome, kenal Mandriva atau Knoppix. Yang mereka tahu, kemudian adalah komputer dan sistem operasi dengan banyak kemungkinan. Selanjutnya mereka akan belajar memupuk kreatifitas dan rasa ingin tahu. Yang suka protes adalah pengguna-pengguna lama yang tua, malas belajar dan masa bodoh dengan keamanan datanya.
Sekali lagi, Linux itu tidak sulit. Kita toh tak perlu harus mengerti bagaimana cara mengkompilasi sendiri kernel dan mengatur semua detil konfigurasi mesin kita. Linux memberi banyak alternatif sesuai dengan kebutuhan. Ada banyak distribusi dan ada banyak pilihan. Jika memang perlu waktu sedikit untuk belajar menggunakannya, bukankah masih layak jika untuk kekayaan pilihan yang akan kita miliki, dengan atau tanpa membayar.

http://linux.or.id/node/280

Tidak ada komentar:

Posting Komentar